Rabu, 22 Desember 2010

Arena Bermain di Tengah Laut

Pulau Tidung
Pulau Tidung namanya. Ya, Pulau yang terletak di Kepulauan Seribu, Jakarta, ini memang sangat exotis. Pulau yang memanjang dari timur ke barat itu saat ini memang menjadi tujuan wisata di Jakarta. Biaya yang relatif murah serta kemudahan transportasi menjadikan wisata ke pulau ini semakin digemari.
    Beberapa waktu lalu, tepatnya pertengahan September setelah Idul Fitri, saya berkunjung ke pulau ini. Hari Sabtu saya menginap di rumah  teman saya, lalu Minggu dini hari sekitar jam
03.30 kami berangkat. Dari rumah teman saya, kami naik angkot ke arah Terminal Kampung Rambutan, kemudian naik lagi bus menuju ke Grogol. Sampai di Grogol sekitar jam 04.45, lalu kami istirahat sejenak menunaikan solat Subuh serta mampir ke warung untuk beli kopi. Rasa kantuk kalah oleh rasa penasaran ingin segera sampai ke tujuan. Kami melanjutkan perjalanan ke dermaga Muara Angke naik angkot dari Grogol. Akhirnya kami sampai di Muara Angke jam 05.30. Diluar dugaan saya, suasana Muara Angke sudah ramai oleh wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu.  Saya bertanya-tanya kenapa jam segini suasana dermaga sudah ramai? Akhirnya saya tau jawabannya yaitu karena kapal yang menuju ke Kepulauan Seribu terutama ke Pulau Tidung, berangkat pukul 07.00 dan dalam sehari hanya sekali berangkat. Jadi itulah alasannya kenapa kita harus berangkat pagi-pagi sekali ke dermaga Muara Angke, agar tidak ketinggalan kapal.
kapal ke Tidung
suasana di kapal

     Kapal akhirnya berangkat membuat jantung saya berdebar. Dari tengah laut, saya bisa melihat pemandangan yang luar biasa. Gunung-gunung di daerah Jawa Barat dan Banten dengan jelas terlihat, gedung-gedung tinggi di Jakarta, serta dataran Pulau Jawa yang membentang. Sayang, ketika berangkat cuaca di tengah laut mendung, sehingga bias cahaya mentari di pemukaan laut tidak tampak. Jika kita cukup beruntung, maka di tengah laut kita akan melihat gundukan sampah yang seolah menjadi batas antara laut yang keruh dengan laut yang benar-benar berwarna biru. Saat hampir sampai, saya kembali takjub oleh apa yang saya lihat. Air laut yang hijau, serta jembatan Pulau Tidung (ya, Pulau Tidung memang ada dua, Tidung besar yang berpenghuni dan Tidung Kecil yang belum berpenghuni, kedua pulau ini dihubungkan oleh jembatan dengan panjang sekitar 500 meter) terlihat jelas. 
hampir sampai
     Sesampainya di Tidung, saya dan teman saya langsung menuju jembatan yang jika ditempuh dari dermaga sekitar 800 meter. Lumayam jauh juga.
foto teman saya, pemandangan dari jembatan


jembatan menuju Tidung Kecil


    Setelah puas saya dan teman-teman saya kembali ke tempat kami menginap, bersih-bersih, dan menghabiskan malam dengan bercanda sebelum akhirnya tidur lelap. Keesokan harinya, kami bersiap untuk snorkeling di perairan di beberapa pulau di sekitar Pulau Tidung. Pemandangan bawah laut benar-benar menakjubkan. Karang-karang serta banyak biota laut lainnya terhampar indah di bawah laut. Hampir saja saya tersengat ubur-ubur karena terlalu takjub dengan pemandangan yang saya lihat.

Spot untuk snorkeling
snorkeling


    Puas sekali rasanya bermain-main di laut. Tak terasa waktu hampir menjelang Ashar, kami pun kembali ke tempat kami menginap untuk bersih-berih, makan, dan solat. Seperti biasa, kami menghabiskan waktu di penginapan dengan bercanda dan tertawa. Malam harinya kami menuju sebuah rumah makan untuk menyantap makan malam. Selesai memilih lauk, saya dan teman-teman memilih tempat di pinggir laut untuk menyantap hidangan, sambil menikmati angin laut yang berhembus.
    Pagi di hari berikutnya saya bersama seorang teman saya berjalan ke Tidung Kecil untuk melakukan penjelajahan. Pulau Tidung Kecil memang masuih banyak semak belukar, yang membuat perjalanan semakin menantang. Tapi sayang, kami  berdua tidak sampai ke ujung pulau karena kami memutuskan untuk kembali ke jembatan. Pemandangan di jembatan dipagi hari memang indah. Di kejauhan tampak kapal besar hilir mudik serta kapal pengunjung yang baru datang menuju dermaga.
      Sore hari sambil menungu magrib, kami pergi ke sebuah tempat untuk memancing. Saya bertugas mencari keong dan kepiting untuk umpan. Namun hingga maghrib kami hanya dapat sau ikan kecil. Sayang, foto-foto di jembatan pagi tadi serta saat memancing terhapus sebelum sempat di upload. Esok paginya, hujan turun di Pulau Tidung seakan melepas kami untuk kembali ke Jakarta. Saya akan selalu merindukan untuk kembali ke Pulau Tidung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar