Rabu, 22 Desember 2010

Ular Piton Dipong

Di sini saya mau share tentang pengalaman saya memelihara ular blood phyton atau yang biasa dikenal dengan sanca dipong. Jenis ular ini termasuk ular asli semenanjung malaya, termasuk daerah Sumatera. Sanca dipong memiliki ukuran panjang maksimal hanya dua meter, tidak seperti ular sanca lain yang memiliki panjang maksimal bisa sampai tujuh meter, seperti sanca batik atau phyton reticulatus. Namun besar tubuh atau diameternya serta keindahan corak kulitnya tidak kalah dengan ular sanca yang lain. Dengan kata lain, sanca dipong itu ular yang ‘bantet’.
 
Di kalangan pecinta ular khususnya pecinta sanca dipong, ular ini adaah ular yang lucu, dengan keadaan tubuhnya yang tidak proporsional. Dengan tubuh pendek namun gempal, ular ini seperti guling, tetapi memiliki kepala dan buntut. Ada yang menarik dari ula ini, yaitu ular ini bisa melompat, bahkan yang masih bayi bisa lompat setinggi lutut orang dewasa. Ketika ular ini mau melompat, ciri-cirinya adalah badan memipih serta kepala sampai leher membentuk huruf S. Jika sudah begini, maka berhati-hatilah anda jika berada di dekat ular ini.

Karakteristik ular ini sulit ditebak. Bayi dipong atau dipong yang masih kecil, rata-rata pendiam dan tidak agresif, atau istilahnya ‘jitot’ atau jinak total. Ular ini juga ada yang mudah stres dan ada yang kuat. Apabila sudah stres ular ini lama berganti kulit (shedding) juga tidak mau makan atau bahkan ada yang sanggup puasa hingga berbulan-bulan, namun ular ini tidak mati karena termasuk ular yang kuat. Tapi, ada juga dipong yang memang susah makan kecuali ‘disuapin’. Untuk yang satu ini, saya punya pengalaman. Ular saya berusia kurang lebih tujuh bulan, dengan panjang hampir 50 cm. Waktu saya beli usianya sekitar 2-3 bulan. Ular saya pernah puasa hingga hampir dua bulan, karena pilek. Jangan salah, uar juga bisa pilek. Ciri-cirinya dari mulut serta hidung terdapat lendir dan bersuara ketika bernafas. Selama seminggu penuh setiap pagi saya jemur antara jam 7 sampai jam 9 selama kurang lebih 15 menit. Ketika sudah sembuh, ular saya masih tidak mau makan, hinga akhirnya saya paksakan untuk makan tikus putih empat ekor dengan cara disuapin.
 
Untuk kandangnya, saya menggunakan kontainer kecil. Alasnya ditutup dengan koran serta di dalamnya seya berikan 'hidding box' atau kotak tempat ular bersembunyi yang di dalamnya saya letakkan pakis yang dibasahi. Sanca dipong sangat suka tempat yang lembab, oleh karena itu saya buat kandang yang lambab. Bagian atas dibolongi kecil-kecil untuk sirkulasi udara serta untuk menjaga kelembaban. Dalam jangka waktu seminggu sekali ular saya mandikan, jangan terlalu sering dimandikan, nanti bisa pilek seperti dipong saya. Setelah mandi ular saya jemur selama 15 menit antara jam 7 - jam 9. Dua hari setelah makan dipong saya jemur untuk membantu pencernaan, karena pencernaan ular sangat lamban. Alangkah lebih baik jika antara 2-3 hari ekali ular di jemur sebelum jam 9, selama 10-15 menit. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar