Jakarta - Kalau kita membaca tulisan di media masa atau mendengar berita, maka banyak sekali cerita horor terhadap produk investasi yang ditawarkan oleh orang-orang yang terkadang tidak kita kenal. Masih teringat kasus sekitar 10 tahun lalu investasi perkebunan di Qurnia Alam Raya atau disingkat QSAR yang banyak memakan korban? Tebak, kasus tersebut terulang lagi di investasi di China yang juga banyak memakan korban yang pada akhirnya banyak korban yang tutup mulut karena malu. Bahkan sampai dengan kasus teranyar yaitu penipuan Reksa Dana bodong yang ada di Bank Century juga terjadi.
Selain itu, Investasi pada produk keuangan seperti Reksa Dana pun juga sering menuai badai. Reksa Dana di Indonesia beberapa kali mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu ditahun 2003, 2005, dan 2008 ketika terjadi krisis global kemarin, serta akhir-akhir ini dengan adanya ketidak pastian karena kasus Eropa. Wah, kalau begitu tidak ada tempat yang aman donk untuk berinvestasi? Apakah tidak sebaiknya dana kita disimpan dirumah saja dilemari atau dibawah bantal?
Menyimpan uang dirumah juga sama berisikonya dengan menempatkan uang di lembaga keuangan. Risiko di curi oleh orang rumah, dicuri pencuri bisa menyebabkan uang yang kita simpan dirumah berkurang atau hilang. Bagaimana dengan menabung di Bank? Meskipun relatif aman dari menurun atau hilangnya uang kita (karena di jamin pemerintah) akan tetapi ada resiko inflasi terhadap tabungan kita karena tabungan kita berbunga sangat kecil dibandingkan inflasi yang terjadi saat ini.
Di Indonesia masih banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan antara menyimpan uang dengan berinvestasi. Apabila menyimpan uang dirumah atau berbentuk tabungan dibank saja mengandung resiko, apalagi yang namanya berinvestasi. Satu hal yang harus selalu diingat adalah bahwa tidak ada satupun investasi yang tidak memiliki resiko sama sekali. Oleh karena adanya risiko inilah, maka dari itu kita harus melakukan analisa sebelum berinvestasi untuk meminimal kan risiko tersebut (bukan menghilangkan).
Banyak cara yang bisa dilakukan. Pertama harus selalu diingat bahwa risiko investasi selalu berbanding lurus dengan hasil investasinya. Artinya, semakin tinggi bunga atau hasil yang diharapkan (atau ditawarkan) maka akan semakin tinggi resikonya. Adapun sekarang sudah ada beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil investasi yang kompetitif (bukan tinggi) tetapi dengan resiko yang ter kontrol (managed). Akan tetapi masih banyak saja investor di Indonesia yang tidak menggunakan akal sehat dengan berinvestasi pada produk yang menjanjikan hasil yang tinggi.
Pernah dengan istilah Don't put Eggs in One Basket? Atau dapat diartikan apabila kita memiliki banyak telur jangan menempatkan semua telur tersebut didalam satu keranjang. Sehingga apabila keranjang tersebut jatuh maka telur-telur tersebut akan pecah semua. Peribahasa ini bisa juga dipergunakan pada investasi kita. Karena tidak ada satupun jenis investasi yang 100% aman, maka investasi sebaiknya dilakukan kedalam beberapa keranjang (produk keuangan) investasi. Didalam dunia keuangan hal ini dikenal dengan istilah Diversifikasi. Sayangnya masih banyak yang salah mengerti tentang diversifikasi ini.
Investasi bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk investasi yang ditawarkan oleh institusi keuangan maupun produk non-keuangan. Menggunakan kombinasi dari produk-produk tersebut juga ikut mengurangi risiko. Beberapa produk non-keuangan yang dapat dipergunakan untuk berinvestasi adalah: Property (rumah tinggal, apartement, ruko, kios, dll), Kendaraan Bermotor, Emas/Logam Mulia (perhiasan dan emas keping/batangan), diamond dan perhiasan berharga, lukisan, barang antik, dan masih banyak produk lainnya yang dapat dipergunakan.
Sedangkan produk-produk keuangan antara lain produk perbankan seperti tabungan, deposito dan SBI, produk pasar modal seperti saham, surat utang (obligasi), reksa dana, produk asuransi seperti whole life dan unit link, valuta asing (mata uang), indeks, future dan banyak lagi produk investasi baik yang ditawarkan secara lokal maupun yang dijual di luar negeri. Kemudian lihat profil dari masing-masing produk. Apakah produk tersebut berisiko tinggi, sedang, atau kecil. Risiko dari produk ini lah yang kemudian disesuaikan dengan toleransi risiko kita. Dan terakhir pergunakan kombinasi dari produk-produk ini untuk menghasilkan suatu kumpulan produk investasi yang dikenal dengan sebutan portfolio atau dalam bahasa Indonesia portofolio. Dimana besarnya persentase dari masing-masing produk yang akan dipergunakan disesuaikan dengan masing-masing tujuan investasi. Dengan menggunakan cara-cara ini diharapkan risiko berinvestasi dapat diperkecil.
SUMBER (diambil pada Selasa, 3 Januari 2012 pada pukul 05.40)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar