Selasa, 03 Januari 2012

Genta Nada Made In Depok Tembus Pasar Eropa

Kerajinan Genda Nada memang banyak dijual dimana-mana, mulai dari pasar sampai mal. Namun ditangan Abdul Madjid Gangga, genta nada dapat menjadi sesuatu kerajinan atau benda seni yang bernilai jutaan rupiah.

"Ini bukan genta nada sembarangan, ini kerajinan windchime (lonceng angin), satu-satunya di dunia. Dimana genta nada ini bisa menghasilkan suara musik etnis Indonesia, beda dengan genda nada umumnya yang asal bunyi teng-teng atau tok-tok, ini persis suara musik asli budaya etnis Indonesia," kata Abdul, ketika ditemui detikFinance dikediamannya di Depok, Minggu (25/12/11).

Abdul mengaku sejak 2002-2011 genta nada buatan tangannya sudah terjual ribuan buah, tidak hanya di dalam negeri tapi sudah sampai ke Italia, Kanada, Afrika Tengah dan negara-negara Eropa lainnya.


"Harga genta nada buatannya paling murah di jual Rp 750.000 dan yang termahal saat ini Rp 15.000.000 per unitnya. Padahal modal produksi untuk yang paling mahal saja tidak sampai Rp 5.000.000," ungkapnya.

Kenapa Abdul berani mematok harga selangit untuk produk kerajinannya. Dia bilang, kerajinan genta nada ini langka dan dia berani mengklaim produk genta nada buatannya merupakan yang terbaik di dunia saat ini. Hal itu ditunjukkannya dengan diraihnya The Real Windchime Gold Award 2010.

"Ini prestasi yang sulit digapai, dan yang memberikan penghargaan merupakai organisasi dunia, bukan sembarangan," jelasnya.

Memang, saat terpa angin, genta nada ini bergoyang dan mengeluarkan suara alunan musik yang sangat khas yakni etnis asli Indonesia.

"Genta nada saya ada yang menghasilkan nada khas etnis Sunda, Jawa, Bali, Melayu, Cirebon, Mandarin, Hindu, Padang, sampai Blues," ungkapnya.

Bahkan dirinya bisa menciptakan genta nada dari musik etnis Indonesia manapun sesuai pesanan konsumennya asal dia di kasihkan lagu yang benar-benar etnis budaya Indonesia.

"Tidak sampai sebulan genta nada pesanan konsumen sesuai etnis pilihannya jadi. Kenapa harus lagu etnis budaya Indonesia? Karena saya ingin mengangkat budaya etnis Indonesia," ucapnya.

Selain itu kata, Abdul, membuat genta nada seperti buatannya sangat sulit, perlu kepekaan kuping dan perasaan serta pengalaman dan pengetahuan tentang nada.

Dirinya mampu menciptakan genta nada khas karena lama di musik. Berawal dari lulusan Yayasan Musik Indonesia pada 1980, bapak 4 (empat) putra, Reinaldo (27), Pandu (14), Reno (13) dan Dede Dermawan (1,5) ini pun merupakan ahli dalam menyetel nada piano.

"Keahlian men-stel piano pun saya dapatkan dari belajar otodidak, yakni membongkar dan men-service sendiri piano saya, dan ilmu menciptakan genta nada ini hanya mau saya tularkan kepada anak dan cucu, ini ilmu keluarga, " ujarnya.

Tidak sampai disitu, Abdul juga belajar lama dengan ahlinya piano, yakni Prof Richard. Kenapa bisa lari ke genta nada?

"Ya saya seorang penghayal, saya menghayal genda di depan teras rumah bisa menghasilkan nada-nada indah tidak sekedar asal bunyi, lalu saya berinisiatif kenapa tidak saya coba," ujarnya lagi.

Akhirnya dengan usaha yang keras dan melakukan percobaan berkali-kali, mulai dari menggunakan bambu, besi dan banyak bahan lainnya, akhirnya terpilih genta nada berbahan dari almunium.

"Saya menjamin konsumen yang beli akan puas dengan suaranya. Bahkan suaranya tidak akan berubah seumur hidup walaupun salah satu almunium ada yang penyok," yakinnya.

Bahkan Abdul bilang, mitra bisnisnya banyak yang menjual lagi produknya dengan harga lebih tinggi. "Dari saya Rp 5.000.000 dia jual lagi Rp 15.000.000. Besar sekali kan untungnya?," katanya.

Dalam setahun tak kurang dari Rp 250 juta-Rp 500 juta per tahun keuntungan bersih yang ia kantongi. Abdul pun terbuka jika ada yang mengajak kerjasama, baik memenuhi pesanan, maupun membuka showroom genta nada di daerah mana pun di Indonesia.

Jika ada yang berminat bisa datang ke sentra genta nada miliknya di Depok. Abdul juga membuka stand di sentra UKM di Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan dan di Cilandak Town Square.


Sumber: Detik Finance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar