Rabu, 04 Januari 2012

RI Masih Surplus US$ 2,41 Miliar dari Sektor Pariwisata

Tahun 2011, Indonesia masih mengalami surplus di sektor pariwisata. Nilai devisa yang terbuang dari kunjungan orang Indonesia ke luar negeri masih lebih rendah dari devisa yang dihasilkan dari kunjungan wisman ke Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menargetkan devisa dari sektor pariwisata di 2012 mencapai US$ 9 miliar. Angka itu naik dari posisi tahun 2011 lalu yang hanya US$ 8,5 miliar.


"Daya saing pariwisata Indonesia baik. Kita punya daya saing harga. Kita juga membaik cukup di keamanan, kebijakan dan paraturan. Total devisa 2011 US$
8,5 miliar. Tahun ini bisa US$ 9 miliar," katanya saat pembukaan Lokakarya Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di kantornya, Jakarta, Rabu (4/1/2012).

Mari Elka akan memaksimalkan tujuan wisata yang belum bayak dilirik, di luar kawasan Bali. Hal ini diharapkan bisa mengejar target kenaikan devisa tahun ini.

Penerimaan devisa tercatat masih surplus dibandingkan uang yang keluar dari Indonesia untuk kegiatan wisata. "Kita masih surplus. Pengeluaran Wisatawan Nasional (wisnas) yang ke luar negeri mencapai US$ 6,09 miliar. Untuk itu kita ingin naikkan (devisa) yang dalam negeri," tegasnya.

Ia menambahkan, sebagai Menteri baru dirinya mempunyai pekerjaan rumah besar yakni menggali potensi pariwisata dalam negeri. Target kuantitatif adalah pertumbuhan penambahan 20% wisatawan dalam lima tahun. Bahkan ini menjadi kontrak kerja menteri.

"Dalam tiga tahun ini, kita tidak hanya bekerja. Tapi berlari. Dan kita harus jalankan program dan quick win, supaya ada multiplier effect," tegasnya.

Menurutnya sektor pariwisata dalam negeri masih memiliki prospek. Dimana rata-rata pertumbuhan kunjungan wisatawan Indonesia 4,39%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia 3,47%.

"Pada global market di sektor kita, region Eropa tetap the biggest market, meskipun pertumbuhannya kini cenderung menurun cuma 2,1%. Asia Pacific tumbuhnya 6,3%, Timur Tengah 9,6%, Afrika 6,4%," tegasnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar