Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA, telah menerima kunjungan Tim Ekonomi Bank Dunia yang dipimpin oleh Dr. Franz Drees-Gross, Sector Manager of the Indonesia Sustainable Development Unit, yang disertai oleh antara lain Dr. Enrique Blanco Armas, Senior Economist, Ibu Vivi Alatas, Dr. William Wallace, Dr. Sukarno Wirokartono, Dr. Ashley Taylor, dan Dr. Henry Sandee. Menteri PPN didampingi oleh Deputi Bidang Ekonomi, Dr. Prasetijono Widjojo, MJ, MA, Deputi Bidang Sumber Daya Alam, Dr. Ir. Rr. Endah Murniningtyas, MSC., Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah, Dr. Ir. Ceppie Kurniadi Sumadilaga, MA., Direktur Industri, IPTEK dan BUMN, Dr. Ir. Mesdin Kornelius Simarmata, MSc, Direktur Keuangan Negara, Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA, Direktur Perencanaan Makro, Ir. Bambang Prijambodo, MA., dan Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter, Ir. Sidqi Lego Pangesthi Suyitno, MA. Pertemuan diadakan di Ruang Rapat Menteri dan berlangsung dari pukul 09.45 sampai dengan pukul 11.50 WIB.
Tim Ekonomi dari Bank Dunia diwakili oleh Dr. Enrique Blanco Armas yang menyampaikan paparan berjudul Indonesia 212, Economic Prospects and Strategic Issues. Pokok bahasannya adalah bahwa Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan, yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Tim Ekonomi Bank Dunia ini, ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan ekspor Indonesia.. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri. Untuk periode setelah 2012, khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim Ekonomi ini mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen diperlukan upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan produktivitas (TFP/Total Factor Productivity).
Dalam memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia ini, Tim Ekonomi Bank Dunia juga telah mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus diatasi, antara lain: pertama, tingkat investasi Indonesia terhadap PDB sebesar 30 persen yang walaupun telah setara dengan berbagai negara lain, seperti China, India, dan Korea Selatan, namun daya investasi ini terhadap pertumbuhan ekonomi belum optimal; kedua, dibandingkan dengan berbagai negara ASEAN, kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastrukturnya masih tertinggal, ketiga, iklim usaha Indonesia masih harus lebih ditingkatkan karena ranking Indonesia di Global Rank In Doing Business, masih berada pada posisi ke-121, yang walaupun lebih baik dari Filipina dan Kambodia yang masing-masing berada pada posisi 148 dan 147, masih berada di bawah Singapura yang berada pada posisi ke-1, Thailand ke-19, dan Malaysia ke-21.
Untuk lebih meningkatkan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan, Tim Ekonomi Bank Dunia menyarankan antara lain beberapa langkah sebagai berikut : pertama, merefomasi peraturan yang memberi keluwesan lebih besar bagi pengusaha dalam penempatan dan penghentian tenaga kerja; kedua, penyempurnaan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, ketiga, menyempurnakan kebijaksanaan subsidi BBM, yang saat ini masih sangat regresif; dan keempat, menciptakan fiscal space dan meningkatkan efisiensi penggunaannya.
Mengenai Master Plan Ekonomi Indonesia yang menyangkut elemen peningkatan connectivity, maka Tim Ekonomi Bank Dunia mengatakan bahwa peningkatan ini mutlak untuk peningkatan kesatuan ekonomi Indonesia. Menteri PPN/Kepala Bappenas mengatakan bahwa dalam hal PSO, connectivity ini harus dilihat tidak hanya dari segi pembangunan infrastrukturnya, tetapi juga dari segi penyempurnaan kelembagaan aturannya untuk lebih meningkatkan daya gunanya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar